Sunday 20 March 2016

TFI: Bimbel 2nd Meet

Bimbel ACYD Bersama TFI

Pembelajaran di Bimbel Asrama Cinta Yatim dan Dhuafa dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building
Bersama Teach For Indonesia (TFI)
(Minggu kedua)
logo tfi.jpg
Kelas            : LL01
Dosen            : Sri Hutomo (D1415)
Waktu            : Sabtu, 19 Maret 2016
Jam            : 14.00 - 16.00 WIB
Jumlah anak didik    : 8 anak
Lokasi            : Jl. Sumatra Gg. H. Bakri, Jombang Ciputat, Tangerang Selatan
PIC            : Ibu Nunung
Anggota yang hadir    :
  1. Alvi Syahri (1901481352)
  2. Brandon Cornelius (1901485325)
  3. Cynthia Adeline (1901465430)
  4. Irene (1901463993)
  5. Joshua Renaldo (1901473464)
  6. Jovianne (1901473722)
  7. Kristanto Rianto (1901467221)
  8. Raden Roro Azlia Putri Ryanti (1901464112)
  1. Bagian isi
   
    Pada tanggal 19 Maret 2016, dimana hari itu merupakan kegiatan belajar mengajar pertemuan kedua kami dengan anak-anak Asrama Cinta Yatim & Dhuafa. Pada pertemuan ini kami yakin bahwa persiapan kami lebih matang dari minggu kemarin dan kami pasti dapat mencairkan suasana belajar mengajar kami agar tidak canggung seperti minggu sebelumnya.

    Sebelum kegiatan belajar mengajar ini dilakukan, seperti biasa kami berkumpul di BINUS University pada pukul 13.00 WIB. Setelah kelompok kami lengkap, kami melakukan perjalanan ketempat bimbel kami yaitu Asrama Cinta Yatim & Dhuafa dengan menggunakan mobil. Kami menghabiskan waktu selama perjalanan sekitar 40 menit.

    Setibanya di Asrama Cinta Yatim & Dhuafa pada pukul 13.45 WIB, ternyata kata Ibu Nunung (PIC) bahwa murid-muridnya belum pulang sebab masih ada acara. Oleh karena itu yang tadinya kami berjanji untuk mulai mengajar pukul 14.00 WIB, jadi terlambat menjadi jam 14.50 kami baru mulai mengajar karena murid-muridnya baru tiba di Asrama.

    Meskipun murid-murid datang terlambat, tetapi kami cukup senang karena melihat muridnya bertambah dari minggu sebelumnya yang hanya 5 orang menjadi 8 orang pada minggu ini. Dan setelah semua berkumpul, seperti biasa kami buka dengan Doa menurut kepercayaan masing-masing dan mengulang perkenalan dikarenakan adanya murid-murid yang baru datang pada minggu ini. Lalu, seperti yang kami rencanakan pada minggu lalu, bahwa pada minggu ini kami akan membagi murid-murid menurut Grade-nya agar kegiatan belajar mengajar lebih tepat sasaran dan efisien.



    Kami membaginya menjadi 2 kelompok, kelompok pertama adalah Joshua, Kristanto, Azlia, dan Irene untuk meng-handle murid-murid tingkat SD, sedangkan kelompok kedua adalah Alvi, Brandon, Cynthia, dan Jovianne untuk meng-handle murid-murid tingkat SMP dan SMA. Pada pertemuan ini kami membantu murid-murid untuk lebih dapat memahami mata pelajaran hitungan yaitu matematika. Bagi murid-murid tingkat SD, kami memberikan soal soal hitungan berupa pertambahan, pengurangan, perkalian, hingga pembagian. Dan terlihat ada beberapa anak yang kesulitan dalam hal tersebut, dan kami membantu menjelaskan secara lebih perlahan dengan menggunakan objek bantuan seperti sejumlah pulpen untuk memudahkan murid-murid untuk memahami pertambahan / pengurangan tersebut. Untuk murid-murid tingkat SMP dan SMA, mereka diberikan soal di papan tulis dan disuruh maju satu per satu untuk mengerjakan soal tersebut, materi yang diberikan mulai dari perkalian, pembagian, hingga fungsi komposisi.

    Metode yang kami gunakan sama dengan minggu lalu yaitu metode classroom, dimana pada pertemuan ini lebih disempurnakan dengan adanya pembagian kelompok belajar mengajar agar pelajaran yang kami bawakan lebih tepat sasaran dan efisien. Dan terlihat bahwa anak-anak sudah mulai aktif bertanya dibandingkan minggu lalu yang artinya kamipun sudah cukup berhasil mencairkan suasana belajar mengajar tersebut.

    Pada pertemuan ini juga terdapat beberapa Nilai Pancasila, diawal kami sudah menanamkan nilai agama sesuai sila pertama yaitu dengan berdoa sesuai kepercayaan masing-masing, walaupun terdapat perbedaan agama tetapi kami tidak membeda-bedakan mereka menurut agamanya dan tetap mengajar sepenuh hati. Kami juga menanamkan sikap demokrasi dengan membagi kelompok berdasarkan Grade muridnya sehingga murid-murid tidak merasa malu untuk berpendapat atau bertanya.

  1. Penutup
Pada pertemuan kedua ini kami merasa lebih baik dari pertemuan sebelumnya dikarenakan murid-muridpun sudah mulai aktif bertanya dan kamipun juga dapat menanggapinya dengan baik sehingga suasana menjadi lebih cair dan hubungan kami dengan murid-murid pun menjadi lebih akrab sehingga murid-muridpun dapat menganggap kami bukan sebagai guru melainkan sebagai teman belajarnya. Oleh karena itu, diharapkan pada pertemuan selanjutnya murid-murid dapat sharing tentang mata pelajaran yang sulit bagi mereka sehingga kita dapat mengetahui dan memberikan bimbingan belajar dalam mengatasi kesulitan tersebut.

TFI: Bimbel First Meet

Bimbel ACYD Bersama TFI

Pembelajaran di Bimbel Asrama Cinta Yatim dan Dhuafa dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building
Bersama Teach For Indonesia (TFI)
(Minggu Pertama)
logo tfi.jpg
Kelas            : LL01
Dosen            : Sri Hutomo (D1415)
Waktu            : Sabtu, 12 Maret 2016
Jam            : 14.00 - 16.00 WIB
Jumlah anak didik    : 5 anak
Lokasi            : Jl. Sumatra Gg. H. Bakri, Jombang Ciputat, Tangerang Selatan
PIC            : Ibu Nunung
Anggota yang hadir    :
  1. Alvi Syahri (1901481352)
  2. Brandon Cornelius (1901485325)
  3. Cynthia Adeline (1901465430)
  4. Irene (1901463993)
  5. Joshua Renaldo (1901473464)
  6. Jovianne (1901473722)
  7. Kristanto Rianto (1901467221)
  8. Raden Roro Azlia Putri Ryanti (1901464112)
  1. Bagian isi
   
    Pada tanggal 12 Maret 2016, kami melakukan kegiatan yang berhubungan dengan mata kuliah Character Building : Kewarganegaraan. Kami diberikan kesempatan untuk mengajar sebuah bimbel. Akhirnya kami memilih Asrama Cinta Yatim dan Dhuafa yang terletak di Tangerang Selatan.
    Kami berkumpul terlebih dahulu di BINUS University pada pukul 13.00. Setelah semua anggota kelompok hadir, kami berangkat bersama menuju ke asrama tersebut menggunakan mobil. Kami tiba di asrama tersebut sebelum murid-murid datang. Akhirnya kami menunggu sambil diajak berbicara dengan ibu PIC dari asrama tersebut yaitu ibu Nunung.
Pada pertemuan pertama ini, kelompok kami sudah melakukan persiapan. Pada awalnya kami akan melakukan perkenalan diri antara kami dengan anak-anak bimbel, kemudian kami akan melakukan beberapa games tentang bahasa Indonesia. Kami melakukan permainan dan bagi yang kalah akan mendapatkan hukumannya supaya kondisi belajar mengajar lebih kondusif dan ramai.
    Tidak lama kemudian, murid-murid dari asrama tersebut pun datang. Ibu Nunung mengatakan bahwa hari ini hanya 5 murid yang dapat mengikuti kelas bimbel dikarenakan banyak anak-anak yang tidak bisa hadir. Akhirnya kami-pun memulai kelas dengan berkenalan terlebih dahulu dengan mereka agar tidak canggung. Awalnya, mereka masih sangat malu-malu untuk memperkenalkan diri.
    Kami memulai permainan Bahasa Indonesia yang pertama, yaitu Teka Teki Silang. Kami menyiapkan kolom dan baris untuk mereka isi. Kami menunjuk salah seorang anak untuk menjawab pertanyaan dari kami dan menuliskannya pada kolom yang telah disediakan. Setelah selesai, kami berlanjut ke permainan yang kedua yaitu menyebutkan kosa kata dengan huruf terakhir dari yang sebelumnya disebutkan, menjadi huruf paling depan. Dengan begitu, mereka dapat mengembangkan kosakata Bahasa Indonesia mereka.
Metode yang kami terapkan adalah metode classroom, dimana kami mengajar di depan hadapan mereka seperti guru atau dosen kemudian anak-anak bimbel duduk mendengarkan sambil melakukan tanya jawab. Hal positif menurut kelompok kami dari metode classroom adalah kami dapat melihat wajah anak dengan mudah sehingga kami bisa lebih mudah untuk membaca keadaan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal yang masih kurang baik adalah kita tidak dapat mengetahui mana anak yang sudah mengerti mana yang belum mengerti karena anak-anak bimbel masih malu-malu sehingga kami pun sulit untuk mengajar dengan cara classroom.
    Pada pertemuan pertama ini, terdapat beberapa nilai pancasila, dan berikut pembahasannya.
Yang pertama adalah nilai agama. Kami sadar bahwa kami dan pada anak-anak bimbel memiliki agama yang berbeda-beda, tetapi kami tetap saling menghargai tanpa menjelek-jelekan agama lain. Selain itu sebelum memulai pengajaran dan setelah selesai pengajaran kami berdoa menurut agama kami masing-masing. Yang kedua adalah nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan sangatlah kami junjung tinggi, sehingga kami tau hak dan kewajiban kami sebagai pengajar. Hal ini membuat kami ingin menjadikan anak-anak menjadi warga negara yang cerdas dan berkarakter. Yang ketiga adalah nilai demokratif. Dalam melakukan pengajaran terdapat sesi untuk berpendapat. Dari pertanyaan yang kami berikan, anak-anak memiliki pendapat yang berbeda-beda sehingga kita bisa menghargai hal tersebut secara demokrasi. Dan yang keempat adalah nilai keadilan. Nilai keadilan ini membuat kami sadar bahwa kami harus mengajari anak-anak secara adil tanpa membeda-bedakan mereka. Sehingga anak-anak mendapatkan ilmu yang sama.

  1. Penutup
    Pada hari pertama kami mengajar, kami masih merasa kurang dalam berkomunikasi dengan mereka karena kami baru pertama kali bertemu dengan anak-anak. Dan juga kami merasa masih kurang persiapan untuk membekali ilmu untuk anak-anak.
Dengan kekurangan itu akan kami jadikan sebagai bahan pelajaran untuk lebih aktif lagi kepada anak-anak dan juga lebih mempersiapkan diri supaya pada saat kegiatan belajar mengajar tersebut tidak memiliki suasana yang canggung sehingga kami dapat berkomunikasi dengan anak lebih nyaman. Kami juga akan mempersiapkan materi pelajaran yang sesuai dengan LKS anak-anak pada pertemuan berikutnya. Kami berencana akan membagi tugas mengajar pada pekan berikutnya dikarenakan adanya perbedaan Grade pada siswa-siswi di panti tersebut.