Sunday 20 March 2016

TFI: Bimbel First Meet

Bimbel ACYD Bersama TFI

Pembelajaran di Bimbel Asrama Cinta Yatim dan Dhuafa dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building
Bersama Teach For Indonesia (TFI)
(Minggu Pertama)
logo tfi.jpg
Kelas            : LL01
Dosen            : Sri Hutomo (D1415)
Waktu            : Sabtu, 12 Maret 2016
Jam            : 14.00 - 16.00 WIB
Jumlah anak didik    : 5 anak
Lokasi            : Jl. Sumatra Gg. H. Bakri, Jombang Ciputat, Tangerang Selatan
PIC            : Ibu Nunung
Anggota yang hadir    :
  1. Alvi Syahri (1901481352)
  2. Brandon Cornelius (1901485325)
  3. Cynthia Adeline (1901465430)
  4. Irene (1901463993)
  5. Joshua Renaldo (1901473464)
  6. Jovianne (1901473722)
  7. Kristanto Rianto (1901467221)
  8. Raden Roro Azlia Putri Ryanti (1901464112)
  1. Bagian isi
   
    Pada tanggal 12 Maret 2016, kami melakukan kegiatan yang berhubungan dengan mata kuliah Character Building : Kewarganegaraan. Kami diberikan kesempatan untuk mengajar sebuah bimbel. Akhirnya kami memilih Asrama Cinta Yatim dan Dhuafa yang terletak di Tangerang Selatan.
    Kami berkumpul terlebih dahulu di BINUS University pada pukul 13.00. Setelah semua anggota kelompok hadir, kami berangkat bersama menuju ke asrama tersebut menggunakan mobil. Kami tiba di asrama tersebut sebelum murid-murid datang. Akhirnya kami menunggu sambil diajak berbicara dengan ibu PIC dari asrama tersebut yaitu ibu Nunung.
Pada pertemuan pertama ini, kelompok kami sudah melakukan persiapan. Pada awalnya kami akan melakukan perkenalan diri antara kami dengan anak-anak bimbel, kemudian kami akan melakukan beberapa games tentang bahasa Indonesia. Kami melakukan permainan dan bagi yang kalah akan mendapatkan hukumannya supaya kondisi belajar mengajar lebih kondusif dan ramai.
    Tidak lama kemudian, murid-murid dari asrama tersebut pun datang. Ibu Nunung mengatakan bahwa hari ini hanya 5 murid yang dapat mengikuti kelas bimbel dikarenakan banyak anak-anak yang tidak bisa hadir. Akhirnya kami-pun memulai kelas dengan berkenalan terlebih dahulu dengan mereka agar tidak canggung. Awalnya, mereka masih sangat malu-malu untuk memperkenalkan diri.
    Kami memulai permainan Bahasa Indonesia yang pertama, yaitu Teka Teki Silang. Kami menyiapkan kolom dan baris untuk mereka isi. Kami menunjuk salah seorang anak untuk menjawab pertanyaan dari kami dan menuliskannya pada kolom yang telah disediakan. Setelah selesai, kami berlanjut ke permainan yang kedua yaitu menyebutkan kosa kata dengan huruf terakhir dari yang sebelumnya disebutkan, menjadi huruf paling depan. Dengan begitu, mereka dapat mengembangkan kosakata Bahasa Indonesia mereka.
Metode yang kami terapkan adalah metode classroom, dimana kami mengajar di depan hadapan mereka seperti guru atau dosen kemudian anak-anak bimbel duduk mendengarkan sambil melakukan tanya jawab. Hal positif menurut kelompok kami dari metode classroom adalah kami dapat melihat wajah anak dengan mudah sehingga kami bisa lebih mudah untuk membaca keadaan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal yang masih kurang baik adalah kita tidak dapat mengetahui mana anak yang sudah mengerti mana yang belum mengerti karena anak-anak bimbel masih malu-malu sehingga kami pun sulit untuk mengajar dengan cara classroom.
    Pada pertemuan pertama ini, terdapat beberapa nilai pancasila, dan berikut pembahasannya.
Yang pertama adalah nilai agama. Kami sadar bahwa kami dan pada anak-anak bimbel memiliki agama yang berbeda-beda, tetapi kami tetap saling menghargai tanpa menjelek-jelekan agama lain. Selain itu sebelum memulai pengajaran dan setelah selesai pengajaran kami berdoa menurut agama kami masing-masing. Yang kedua adalah nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan sangatlah kami junjung tinggi, sehingga kami tau hak dan kewajiban kami sebagai pengajar. Hal ini membuat kami ingin menjadikan anak-anak menjadi warga negara yang cerdas dan berkarakter. Yang ketiga adalah nilai demokratif. Dalam melakukan pengajaran terdapat sesi untuk berpendapat. Dari pertanyaan yang kami berikan, anak-anak memiliki pendapat yang berbeda-beda sehingga kita bisa menghargai hal tersebut secara demokrasi. Dan yang keempat adalah nilai keadilan. Nilai keadilan ini membuat kami sadar bahwa kami harus mengajari anak-anak secara adil tanpa membeda-bedakan mereka. Sehingga anak-anak mendapatkan ilmu yang sama.

  1. Penutup
    Pada hari pertama kami mengajar, kami masih merasa kurang dalam berkomunikasi dengan mereka karena kami baru pertama kali bertemu dengan anak-anak. Dan juga kami merasa masih kurang persiapan untuk membekali ilmu untuk anak-anak.
Dengan kekurangan itu akan kami jadikan sebagai bahan pelajaran untuk lebih aktif lagi kepada anak-anak dan juga lebih mempersiapkan diri supaya pada saat kegiatan belajar mengajar tersebut tidak memiliki suasana yang canggung sehingga kami dapat berkomunikasi dengan anak lebih nyaman. Kami juga akan mempersiapkan materi pelajaran yang sesuai dengan LKS anak-anak pada pertemuan berikutnya. Kami berencana akan membagi tugas mengajar pada pekan berikutnya dikarenakan adanya perbedaan Grade pada siswa-siswi di panti tersebut.




0 comments:

Post a Comment